Thursday, November 19, 2009

KSAL yang tak Pernah Berlayar

In today's world, it seems that almost any topic is open for debate. While I was gathering facts for this article, I was quite surprised to find some of the issues I thought were settled are actually still being openly discussed.

Oleh Hiru Muhammad


Bila Anda menghadapi tantangan berat dalam bekerja hari ini, mungkin Anda bisa bandingkan dengan tantangan yang dihadapi Farah Ahmed Omar, kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Somalia.

Meski menduduki jabatan bergengsi, orang nomor satu di Angkatan Laut (AL) Somalia ini tak punya sarana penunjang tugasnya, seperti kapal perang. Bahkan Omar mengaku sudah 23 tahun tak pernah pergi berlayar.

Pemerintahan sementara Somalia tidak mampu mengawasi batas laut pantai Somalia sepanjang 3.000 kilometer. Wajar, bila para bajak laut kegirangan, yang membuat pusing kepala sejumlah negara.

Kepada BBC, Omar mengaku menjadi KSAL Somalia sejak 1982. ''Kami menghadapi perompak di laut dan itu sungguh memalukan. Tapi saya kira mereka tidak menggunakan peralatan canggih. Mereka hanya menggunakan perahu nelayan dan senjata ringan yang mudah diperoleh di Somalia,'' kata Omar.

Pihaknya kini telah merekrut 500 anggota baru, setelah diumumkan melalui siaran radio. Masing-masing mereka akan digaji 60 dolar AS atau setara Rp 600 ribu per bulan. Mereka akan menjalani latihan di kelas dan latihan di laut.

Maraknya aksi perompak di Somalia akibat tak adanya pemerintahan yang efektif selama dua dekade terakhir. Terutama setelah Presiden Mohamed Siad Barre lengser pada 1991, setelah berkuasa sejak 1969.

Kosongnya pemerintahan mendorong maraknya aksi perompakan di lepas pantai Somalia. Mereka menikmati uang miliaran dolar AS dari hasil kejahatannya terhadap lebih dari 20 kapal asing yang berlayar di sana.

If you base what you do on inaccurate information, you might be unpleasantly surprised by the consequences. Make sure you get the whole tech story from informed sources.

Salah satu aksi perompak Somalia adalah menyandera kapal nelayan Spanyol bersama 36 kru selama enam pekan. Kapal itu dibebaskan setelah mereka dijanjikan memperoleh uang tebusan senilai 3,5 juta dolar AS.

Namun, tak ada penjelasan lebih jauh bagaimana Pemerintah Spanyol mengirimkan uang sebanyak itu. ''Saya pastikan kapal nelayan telah berlayar bebas dan seluruh kru kapal bebas dengan selamat,'' kata Perdana Menteri Spanyol, Jose Luis Rodriguez Zapatero, yang memberikan keterangan langsung.

Para perompak Somalia juga menahan kapal bahan kimia MV Theresa VIII yang diawaki 28 orang asal Korea Utara di lepas pantai Somalia, Senin (16/11). Gugus tugas AL Uni Eropa juga melaporkan sebuah kapal kargo Ukraina, MV Lady Juliet, berhasil menghalau perompak di Teluk Aden.

Perdana Menteri Somalia, Omar Abdirashid Ali Sharmake, mengungkapkan, dana lima persen dari biaya operasional kapal perang sejumlah negara, sebenarnya cukup untuk membentuk sebuah tim penjaga pantai yang mampu menumpas para perompak.

''Cara ini jauh lebih efektif karena mereka bermarkas di darat. Cara mengatasinya adalah membuat mereka tidak nyaman,'' kata Omar. Menurutnya, patroli laut oleh sejumlah kapal perang asing tak efektif memberangus perompak.

Cara pamungkas mengakhiri aksi perompakan adalah dengan menyerang markas mereka di darat. Omar menolak fakta yang menyebutkan minimnya kemampuan pasukan Somalia menghadapai para bajak laut yang berada di Harardhere hingga utara Mogadishu.

Somalia pernah tercatat memiliki AL yang dibanggakan, ketika Uni Soviet membantu mendirikan negara itu pada 1960. Sepanjang perang dingin, Soviet mengubah pelabuhan Berbera menjadi gudang penyimpanan rudal negara Beruang Merah itu dalam menghadapi ancaman AS.

Hubungan manis Somalia-Soviet berakhir 1977 setelah Soviet mendukung Ethiopia yang menjadi rival Somalia. Mogadishu saat itu segera berpaling ke Washington hingga dikucurkannya bantuan militer jutaan dolar AS selama beberapa tahun.

Namun, AL tidak bisa beroperasi sejak Somalia terlibat kerusuhan 1991. ''Kami dahulu memiliki AL yang tangguh di Afrika. Kami punya kapal yang mampu membawa rudal dan 10 batalion yang melindungi seluruh pantai,'' kenang Omar.  ed: nur hasan

(-)
This article's coverage of the information is as complete as it can be today. But you should always leave open the possibility that future research could uncover new facts.

No comments:

Post a Comment