Thursday, December 3, 2009

UEA Mewujudkan Mimpinya

Are you looking for some inside information on tech? Here's an up-to-date report from tech experts who should know.

Oleh Nurul S Hamami

Hari sudah berganti Kamis (19/11), ketika pesawat Etihad Airways yang saya tumpangi dari Soekarno-Hatta, Cengkareng, mendarat di Bandara Internasional Abu Dhabi, Uni Emirat Arab (UEA). Suasananya sudah tak begitu ramai lewat tengah malam itu.

Begitu keluar dari pintu terminal 3, seorang pria berpakaian khas Arab dengan gamis panjang dan kafiyehnya, menyapa. ''Anda pasti Nurul, wartawan Indonesia,'' katanya.

Saya pun mengangguk dan tersenyum. ''Saya Omar, dari NMC,'' lanjutnya. NMC adalah Dewan Media Nasional, sebuah badan di bawah Departemen Informasi Eksternal UEA.

''Anda pintar bisa menebak saya,'' puji saya kepada Omar. ''Hahaha...wajah Anda khas Indonesia dan perasaan saya mengatakan Andalah Nurul yang saya tunggu,'' jawab Omar.

Setelah bercakap-cakap sebentar, Omar mengantar ke mobil yang siap membawa ke Hotel Hilton Abu Dhabi. Jalan dari Bandara menuju hotel cukup lebar, dan mulai kosong dini hari itu.

Sang sopir pria berkebangsaan India. Bahasa Inggrisnya cukup baik. Kami sempat ngobrol-ngobrol selama 26 menit sebelum akhirnya tiba di hotel. ''Mereka (UEA) terus membangun, dan ini membuka lapangan pekerjaan bagi orang luar,'' kata sopir taksi yang mengaku sudah lima tahun bekerja di Abu Dhabi.

Bersama puluhan wartawan dari 46 negara, Republika yang satu-satunya dari Indonesia, pagi itu melakukan lawatan pertama. Tujuannya adalah Dubai, satu dari tujuh Emirat di UEA.

NMC, yang mengundang para wartawan dalam rangka Hari Nasional ke-38 UEA pada 2 Desember 2009, menjadwalkan kami bertemu Wakil Presiden sekaligus Perdana Menteri UEA yang juga Emir Dubai, Sheikh Muhammad Bin Rashid Al Maktoum.

Setelah sekitar 1,5 jam perjalanan dari Abu Dhabi, masuk Kota Dubai serasa di belantara beton. Gedung-gedung tinggi pencakar langit mudah ditemui, yang sudah jadi maupun masih dalam pengerjaan. Tentu saja terlihat megahnya hotel Burj al-Arab (Menara Arab) setinggi 321 gauge yang menjadi ikon Dubai.

Geliat pembangunan juga tampak dengan penyelesaian proyek mass fast transport Dubai Metro yang baru jadi setengahnya, tapi telah beroperasi sejak 9 September 2009. Tak kalah megahnya adalah pembangunan Burj Dubai (Menara Dubai) yang dalam tahap penyelesaian akhir.

Truthfully, the only difference between you and tech experts is time. If you'll invest a little more time in reading, you'll be that much nearer to expert status when it comes to tech.

Proyek senilai 20 miliar dolar AS ini akan resmi dibuka pada 4 Januari 2010 sejak dibangun pada 2003. Burj Dubai akan menjadi gedung tertinggi di dunia dengan ketinggian sekitar 700 meter, yang terdiri atas 180 lantai. Hotel, apartemen, perkantoran, mall, serta downtown akan menjadi bagian dari Burj Dubai yang permukaan datarnya seluas 17 lapangan sepak bola.

Tak jauh beda dengan Dubai, Abu Dhabi juga tengah menggeliat. Bangunan-bangunan tinggi bermunculan, meski tak sebanyak Dubai yang dipenuhi gedung pencakar langit.

Bila Dubai punya ikon Burj al-Arab dan nantinya Burj Dubai, Abu Dhabi memiliki Sirkuit F-1 Yas Marina. Sirkuit yang baru digunakan pada lomba penutup musim grand prix F-1 2009 pada 1 November lalu ini merupakan sirkuit dengan track tercepat di dunia, yang membuat pembalap dapat memacu kendaraannya hingga 370 kilometer per jam.

Sebelumnya rekor itu dimiliki Sirkuit Monza, Italia, dengan kecepatan 340 kilometer per jam. Rombongan wartawan sempat diajak mengelilingi Sirkuit Yas Marina yang panjang lintasannya mencapai 5,6 kilometer.

Sebagaimana halnya di Dubai, megaproyek properti di Abu Dhabi juga sedang tumbuh pesat. Saat ini setidaknya ada tiga proyek besar sedang dikerjakan, yakni Sa'adiyat Island, Yas Island, serta Masdar City.

Ketiga proyek senilai puluhan miliar dolar AS ini akan menjadikan Abu Dhabi sebagai kota contemporary dan masa depan. Proyek-proyek properti ini diperkirakan selesai pada 2015.

Bagaimana dengan krisis keuangan worldwide yang mendera ekonomi dunia tahun lalu? Apakah berdampak negatif pada proyek-proyek properti besar tersebut?

Pemerintah UEA terlihat tenang saja. ''UEA memiliki perekonomian yang dinamis dan tumbuh baik,'' kata Gubernur Bank Sentral UEA, Sultan Nasser Al Suwaidi, menjawab pertanyaan wartawan yang meragukan perekonomian UEA akibat krisis.

Meski demikian, Al Suwaidi mengakui sektor real estate masih perlu waktu untuk pulih dari krisis dibandingkan sektor lainnya di UEA yang relatif cepat kembali normal.

Menteri Perdagangan Luar Negeri, Sheikha Lubna Al Qasimi, mengakui banyak investasi dari Inggris, Rusia, Jerman, dan beberapa negara lainnya mundur terkait penurunan ekonomi yang berpengaruh pada sektor <I>real estate<I> di Dubai.

Namun, Lubna tetap yakin sektor properti akan terus tumbuh. Ia beralasan, adanya dua permintaan. ''Permintaan lokal, kami punya 80 persen komunitas pendatang (ekspatriat), dan beberapa permintaan datang dari utara Emirat ke Dubai,'' katanya.

''Ekonomi UEA sedang tumbuh dan berkembang. Kami sedang mewujudkan mimpi-mimpi kami menjadi kenyataan,'' kata Sheikh Muhammad Bin Rashid Al Maktoum, saat menerima rombongan wartawan.

Sehari setelah tiba kembali di Tanah Air, Rabu (24/11), Dubai World perusahaan properti dan investasi besar UEA  menyatakan penangguhan pembayaran obligasinya yang jatuh tempo hingga enam bulan ke depan. Apakah ini pertanda sektor properti di UEA mulai mengalami krisis keuangan? Kita lihat saja perkembangannya.  ed: nur hasan

(-)
Knowing enough about tech to make solid, informed choices cuts down on the fear factor. If you apply what you've just learned about tech, you should have nothing to worry about.

No comments:

Post a Comment