Monday, December 14, 2009

1.000 Demonstran Ditangkap

The following paragraphs summarize the work of tech experts who are completely familiar with all the aspects of tech. Heed their advice to avoid any tech surprises.

Oleh: Hiru Muhammad


Mereka sangat ketakutan.


KOPENHAGEN -- Polisi Denmark telah membebaskan hampir 1.000 aktivis yang ditahan terkait aksi protes. Mereka menuntut agar kesepakatan pakta perubahan iklim global ditandatangani.

Kepolisian Kopenhagen menyebutkan hanya 13 dari 968 orang yang ditahan dalam aksi unjuk rasa itu mesti menjalani masa penahanan lebih lanjut. Di antara mereka termasuk dua demonstran karena dianggap menyerang polisi.

Menurut juru bicara Kepolisian Kopenhagen, Flemming Steen Munch, diperkirakan 40 ribu orang menggelar unjuk rasa selama tiga hari terakhir di sela-sela Pertemuan Para Pihak (COP 15) Konferensi Perubahan Iklim PBB (UNCCC) yang diikuti 192 negara mulai 7 Desember hingga 18 Desember 2009.

Aksi protes berakhir dengan kekerasan setelah pengunjuk rasa melempari mobil polisi dengan batu, Sabtu (12/12) malam. Bom molotov juga melayang ke arah petugas keamanan di Kopenhagen Youth Center.

Polisi yang menggunakan helikopter dan senjata air berupaya membubarkan demonstran yang umumnya anak muda itu sejak Kamis (10/12). Petugas juga menyerbu sejumlah rumah untuk mengevakuasi demonstran.

The more authentic information about tech you know, the more likely people are to consider you a tech expert. Read on for even more tech facts that you can share.

Media setempat menyebutkan 50 pengunjuk rasa adalah warga asing, termasuk warga Jerman. Siaran televisi memperlihatkan petugas terpaksa mengamankan demonstran secara paksa, dengan tangan diikat ke belakang. Mereka kemudian diangkut menggunakan sejumlah bus.

''Mereka sangat ketakutan dan dipaksa duduk di jalan selama beberapa jam. Mereka tidak memperoleh pelayanan medis, air, dan tidak diizinkan ke kamar kecil. Mereka berada di udara yang membeku dan duduk berbaris seperti binatang,'' kata Mel Evans, anggota Kelompok Keadilan Lingkungan kepada BBC.

Aksi unjuk rasa baru juga telah direncanakan di ibu kota negara itu tepat pukul 10.00 waktu setempat, Ahad. Media menyebutkan demonstran juga berusaha memengaruhi masyarakat agar turun ke jalan.

''Upaya itu akan terus berlanjut untuk jangka lama,'' kata Jan, juru bicara Youth Center. Saat unjuk rasa berlangsung, mereka berteriak dan membentangkan spanduk bertuliskan 'Menuntut Iklim yang Adil, Dunia ingin kesepakatan yang jelas dan tidak ada rencana B'.

Polisi menyatakan, pengunjuk rasa telah berkumpul dalam kelompok besar yang disebut sebagai 'blok hitam'. Dalam aksinya mereka mengenakan topeng dan membaur dengan pengunjuk rasa lainnya.

Karena itu polisi berupaya memilah mereka dari demonstran lainnya. Kepolisian juga bertanggung jawab penuh mengamankan demonstran. ''Polisi akan mengevaluasi cara lain untuk mengevakuasi pengunjuk rasa lebih cepat agar mereka tidak telantar di udara terbuka,'' demikian pernyataan kepolisian.

Presiden Konferensi, Connie Hedegaard, mengecam aksi kekerasan itu. ''Anda tidak harus mendesak melakukan kekerasan itu karena ini merupakan proses di mana pandangan Anda sudah sangat diakomodasi,'' kata Connie.

Sementara itu, Uni Eropa, Jepang, dan Australia satu suara dengan AS mengkritisi draf perjanjian pemanasan global yagn menyatakan kebanyakan negara berkembang harus mengendalikan gas rumah kaca, tapi jika mereka memiliki pendanaan. Negara-negara kaya menginginkan mempersyaratkan negara berkembang membatasi emisi, tanpa maupun dengan bantuan dana.

Menteri Lingkungan Swedia, Andreas Carlgren, mewakili 27 negara-negara Uni Eropa mengatakan, ''Ada perkembangan pemahaman bahwa mesti ada komitmen untuk melakukan aksi oleh negara berkembang.''Dia mengatakan, komitmen itu harus terikat. ''Pemerintah harus berdiri di belakang komitmen itu,'' kata Carlgren.  reuters/ap, ed: nur hasan

(-)
You can't predict when knowing something extra about tech will come in handy. If you learned anything new about tech in this article, you should file the article where you can find it again.

No comments:

Post a Comment